KISAH Marbun dan Sisingamangaraja
Ideas Indonesia – Sisingamangaraja I atau bernama asli Raja Manghuntal Sinambela ternyata memiliki hubungan yang dekat dengan Marbun (anak Naipospos yang merantau ke Bakara).
Kisah ini diaminkan oleh Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Syekh Ali Akbar Marbun (Buya).
Saat berkunjung ke Kantor Hukum Landen Marbun, 8 April 2024, Buya menceritakan jika istri Marbun dan ibu Sisingamangaraja I adalah Boru Pasaribu yang merupakan adik-kakak kandung.
Sisingamangaraja bahkan lahir di kediaman Marbun, Tombak Sulusulu, Kabupaten Humbahas, Sumatera Utara.
Marbun juga yang memberikan nama Manghuntal, karena saat lahir (Sisingamangaraja) terjadi gempa bumi
Tombak Sulusulu kini dirawat oleh keturunan Marbun Lumban Batu.
Informasi ditelusuri Ideas Indonesia, sampai saat ini masyarakat dapat berkunjung ke Tombak Sulusulu dengan terlebih dahulu membasuh wajah dengan jeruk purut.
Raja Manghuntal Sinambela sebelum bergelar Sisingamangaraja terlebih dahulu bergelar Simaharaja Negeri Toba.
Dahulu ada dua kuda yang cukup dikenal oleh masyarakat, Kuda Putih kerap dipakai Sisingamangaraja sedangkan Kuda Hitam dipakai Marbun.
Ingin terus merawat sejarah, pada tahun 2012 Buya menginisiasi pembangunan Rumah Parsadaan Marbun tak jauh dari Istana Sisingamangaraja di Bakara.
“Saya berharap ada gondang dan tortor setiap minggunya di sana (Rumah Parsadaan Marbun),” ucapnya.
“Bakara kaya sejarah, seharusnya bisa menjadi lokasi wisata budaya,” sambungnya.
Atas keinginan ini, Buya berharap Pemkab Humbahas segera memugar Benteng Sisingamangaraja.
Di tengah perbincangan, Buya mengajak Landen Marbun menginisiasi proses hukum untuk menuntut Belanda mengembalikan barang pusaka Batak yang dirampas saat genosida hingga gugurnya Sisingamangaraja XII dan keluarga.
30 tahun Sisingamangaraja berperang melawan Belanda dan menolak seluruh tawaran dan perundingan.
Sisingamangaraja XII dengan nama lengkap Patuan Bosar Sinambela ginoar Ompu Pulo Batu gugur pada 17 Juni 1907 bersama dua anak dan satu putrinya: Raja Patuan Nagari, Raja Patuan Anggi dan Putri Polian Boru Sinambela.
“Kumpulkan pengacara-pengacara Batak untuk menggugat Kerajaan Belanda. Kita harus berjuang memulangkan semua barang rampasan Belanda termasuk Piso Gaja Dompak,” Kata Buya.
Buya yakin hal ini dapat terwujud setelah Belanda mengembalikan keris Pangeran Diponegoro.
Gugatan ini diharapkan bermuara terhadap perhatian dunia internasional ke Suku Batak termasuk pembenahan kampung halaman Sisingamangaraja di Bakara.
Disinggung soal sosok yang cocok menjadi Bupati Humbahas di Pilkada 2024, Buya belum menentukan pilihan.
“Tergantung visi-misi, siapa yang bisa menjadikan Bakara pusat budaya Batak,” pungkasnya.
(*/ideas Indonesia)
Pingback: 12 Nama Asli Sisingamangaraja I – XII - ideasindonesia.com
Pingback: Revitalisasi Makam Naipospos di Dolok Imun - ideasindonesia.com