Sejarah Preman Medan Berawal dari Era Belanda
IdeasIndonesia.com – Kata ‘preman’ ternyata sudah dikenal sejak jaman Kolonial Belanda di Kota Medan, Sumatera Utara, melekat kepada kaum pria yang menolak bekerja di perkebunan.
Istilah ini diserap dari bahasa Belanda Vrijman (menolak kontrak kerja), orang Indonesia sulit mengucapkan vrijman sehingga berubah menjadi preman.
Mayoritas kuli kontrak yang menjadi buruh perkebunan adalah masyarakat Suku Jawa, sehingga istilah ini ikut diplesetkan menjadi prei mangan (gratis makan).
Ada juga pihak yang menyakini preman berasal dari bahasa Inggris Free Man (orang bebas).
Penelusuran IdeasIndonesia.com, istilah preman awalnya hanya dikenal dalam kawasan onderneming (lokasi binis Belanda di sekitar Medan) dan berhasil menakuti pengusaha.
Saat itu keberadaannya untuk melawan kesewenang-wenangan pengusaha yang terkadang tidak manusiawi.
Baca Juga: Batu Lubang Sibolga menjadi Saksi Kekejaman Belanda
Setelah Belanda hengkang, keberadaan kelompok ini seharusnya tak lagi diperlukan namun faktanya malah terus menjamur.
Berkedok organisasi kepemudaan, suku dan masyarakat mereka sukses melakukan ‘pengkaderan’
Mereka kini semakin menakutkan, tak jarang antar kelompok malah terlibat bentrok untuk mempertahankan wilayah penghasil rupiah.
Berkembangnya zaman, mereka disebut kelompok kriminal yang terus berurusan dengan hukum dalam berbagai kasus: pungli, judi, penganiayaan hingga pembunuhan.
Preman Legendaris di Indonesia
- Hercules (Menguasai Tanah Abang Jakarta)
- Olo Panggabean (Penguasa bisnis judi di Sumatera Utara)
- Kusni Kasdut (Pernah menyamar menjadi Polisi untuk mencuri 11 permata di Monas)
- Anton Medan (Dikenal sebagai penjahat kelas kakap yang hijrah menjadi Mualaf)
- John Kei (Penguasa bisnis debt collector di Jakarta)
- Johny Sembiring (Dijuluki bandit cerdas karena menguasai banyak bahasa: Belanda, Inggris, Jerman dan Mandarin).
- Slamet Gundul (Dianggap sebagai bos di LP Cipinang yang terlibat 55 kasus pencurian)